Serangan Cyber Lumpuhkan Negara ASEAN
Hacker tidak selalu identik dengan aksi kejahatan di dunia cyber. Di tengah bencana yang terjadi, sekelompok komunitas yang menamakan diri sebagai hacker mencoba menggalang dana bantuan.
Dana tersebut telah terkumpul pada 1 November lalu melalui sebuah acara seminar Hacking untuk Amal. Komunitas yang dibentuk dari group Facebook Hacking untuk Amal ini sudah beranggotakan sekira 281 orang.
Amunisi yang digunakan dalam serangan itu berupa data sampah dengan volume mencapai 15 Gb per detik. Serangan dilakukan terhadap penyedia internet utama di negeri yang masih dikuasai oleh junta militer itu.
Serangan ini, menurut peneliti Craig Labovitz dari Arbor Networks, 15 kali lebih besar daripada yang terjadi pada Estonia tahun 2007. Tak hanya pada penyedia internet terbesar, semua ISP di Myanmar --yang jumlahnya mencapai 20-an lebih-- jadi sasaran serangan itu.
"Meski serangan DDoS pada situs komersial itu cukup sering, tapi serangan geo-politis dengan skala besar seperti ini sangat jarang. Dengan volume 10-15 Gbps, serangan pada Myanmar ini juga secara signifikan adalah yang paling besar," ujar Labovitz.
Negara lain yang pernah jadi korban serangan serupa adalah Georgia dan Estonia. Ketika itu Georgia sedang mengalami konflik bersenjata dengan Russia.
Serangan ini berdekatan dengan pemilihan umum yang akan digelar di Myanmar pada 7 November 2010. Ada sebagian pihak yang mengatakan, serangan ini adalah upaya untuk memanipulasi hasil Pemilu di negeri-nya Aung San Suu Kyi itu.
Dana tersebut telah terkumpul pada 1 November lalu melalui sebuah acara seminar Hacking untuk Amal. Komunitas yang dibentuk dari group Facebook Hacking untuk Amal ini sudah beranggotakan sekira 281 orang.
Amunisi yang digunakan dalam serangan itu berupa data sampah dengan volume mencapai 15 Gb per detik. Serangan dilakukan terhadap penyedia internet utama di negeri yang masih dikuasai oleh junta militer itu.
Serangan ini, menurut peneliti Craig Labovitz dari Arbor Networks, 15 kali lebih besar daripada yang terjadi pada Estonia tahun 2007. Tak hanya pada penyedia internet terbesar, semua ISP di Myanmar --yang jumlahnya mencapai 20-an lebih-- jadi sasaran serangan itu.
"Meski serangan DDoS pada situs komersial itu cukup sering, tapi serangan geo-politis dengan skala besar seperti ini sangat jarang. Dengan volume 10-15 Gbps, serangan pada Myanmar ini juga secara signifikan adalah yang paling besar," ujar Labovitz.
Negara lain yang pernah jadi korban serangan serupa adalah Georgia dan Estonia. Ketika itu Georgia sedang mengalami konflik bersenjata dengan Russia.
Serangan ini berdekatan dengan pemilihan umum yang akan digelar di Myanmar pada 7 November 2010. Ada sebagian pihak yang mengatakan, serangan ini adalah upaya untuk memanipulasi hasil Pemilu di negeri-nya Aung San Suu Kyi itu.
0 komentar: